..:: Blog-Nyo MangOeni ::..

Ada Cerita, Ada Berita, Ada Tulisan, ada-ada aja…

Piala Presiden disandingkan Piala Indonesia

with 8 comments

arak double winner

Luar biasa antusias warga Kota Palembang, dan sekitarnya terhadap piala Presiden, sebuah piala yang merupakan supremasi tertinggi kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia (Ligina) hasil prestasi tim kebanggan Sriwijaya FC (SFC). Warga berdesak desakan di pinggir jalan, kendaraan macet total karena ingin menyaksikan piala yang diarak ke liling kota oleh pelatih Rahmad Darmawan, bersama skuad, dan pengurus SFC lainya.

Diketahui, SFC meraih puncak merebut juara Liga Djarum Indonesia XIII, usai melibas PSMS Medan dalam final, yang digelar di Stadion Jalak Harupat Bandung dengan skor 3-1, Minggu (10/2). Sebelumnya tim ini juga meraih Piala Copa Indonesia III. Dua buah lambang supremasi tertinggi sepak bola .

Pada arak-arakan kemarin sebenarnya ada dua piala, yang menjadi sejarah tertinggi persepakbolaan Indonesia. Piala Presiden, sebuah piala yang diperebutkan di kompteisi Ligina, yang baru datang bersama tim SFC dengan pesawat Garuda Indonesia (GIA 116) pukul 14.30 WIB. Kedua piala Copa yang sudah pernah diarak ke liling Palembang, kemudian piala tersebut kembali di arak lagi.

Usai menyambut kedatangan tim SFC, selanjutnya Piala liga beserta Copa diarak dengan menggunakan mobil off road yang bertulisan Double Winner. Pelatih Rahmad Darmawan, bek Charis Yulianto, kiper Ferry Rotinsulu berserta official berada dalam mobil, mendampingi dua piala bergilir tersebut. Sedangkan piala tetap dimobil belakang, yang ditemani Isnan Ali dan Toni Sucipto. Sementara pemain lain, menumpang mobil trailer yang disiapkan dengan desain terbuka seperti arak-arakan Copa lalu.

Kemeriahan diawali ketika publik sepakbola Palembang terutama suporter yang kurang lebih terdiri dari 1000 motor, tidak diduga sudah mengantre sepanjang area bandara. Alhasil, keikutsertaaan kelompok suporter tersebut membuat jalanan macet. Kemacetan terjadi akibat penumpukan kendaraan tersebut, melebihi arak-arakan Copa lalu, dan berjarak sepanjang sekitar 10 kilometer.

Suasana tambah meriah, dengan kehadiran sekitar 2.000 suporter. Sepanjang jalan mereka berteriak membawakan yel-yel pembangkit semangat khas SFC. Itu juga yang membuat warga sekitar jalan yang dilalui, yaitu Tanjung Api-api, Kol H Barlian dan Sudirman sangat antuasias. Warga yang penasaran dan sangat ingin melihat dua piala bersejarah tersebut berbaris, bahkan meluber ketengah jalan hanya untuk melihat lambang supremasi tertinggi itu, menyapa dan menyentuh tangan punggawa SFC.

Setelah merayap di Jlan Kol H Burlian, Jenderal Sudirman Simpang Chaitas, Kapten A Rivai, Arak-arakan diakhiri di lapangan parkir Bumi Sriwijaya. Setibanya di lokasi itu, yang memang dipersiapkan sebagai puncak acara, ribuan suporter dan masyarakat yang bergabung telah menunggu untuk menyambut kedatangan Laskar Wong Kito. Dan tentunya piala Presiden dan Copa Indonesia yang dibawa, sebagai supremasi tertinggi kompetisi sepak bola Indonesia.

Dengan demikian, dunia olahraga khususnya cabang sepakbola di Sumsel melalui tim Sriwijaya FC hanya dalam kurun waktu pembinaan selama satu tahun di bawah asuhan pelatihnya Rahmad Darmawan telah memboyong dua piala bergengsi. Kedua piala tersebut masing-masing gelar Copa Indonesia dan Liga Jarum Indonesia 2007 yang tentu tidak mudah untuk di ulangi dimasa yang akan datang.

Written by mangoeni

Februari 12, 2008 pada 5:23 am

Ditulis dalam Berita, Sepak Bola, Sriwijaya FC

Tagged with , ,

8 Tanggapan

Subscribe to comments with RSS.

  1. Siip dah gw dukung terus kemajuan sfc, bravo.

    jun

    Februari 12, 2008 at 7:50 am

  2. SFC memang team underdog, tetapi karena itu team SFC dapat menujukkan pd Indonesia klo SFC bisa jd yang terbaik.
    mksh mas mangoeni telah mempublish SFC, tq

    SFC1

    sriwijayafc1

    Februari 12, 2008 at 12:16 pm

  3. Ngawur!

    Kok anda bisa nulis kalimat yang 100 % ngawur dan menyesatkan,”…hanya dalam kurun waktu pembinaan selama satu tahun di bawah asuhan pelatihnya Rahmad Darmawan telah memboyong dua piala bergengsi.”

    Itu bukan pembinaan kawan, tapi crash program yang bersifat instan. Ada nggak sih pemain asli Sumsel, atau pemain dari mana saja tapi asli binaan Rahmad Darmawan, di dalam squad Sriwijaya FC ?

    Kalau orang Sumsel cerdik, janganlah mabuk kemenangan, karena sukses instan ini masih harus dimanfaatkan untuk mengakselerasi pembinaan pemain muda Sumsel.

    Kalau nggak juga mengarah ke pembinaan pemain muda Sumsel, biaya yang dikeluarkan untuk memenangkan piala itu kemahalan bos, kenapa nggak beli di toko aja ?

    Robert Manurung

    Februari 13, 2008 at 7:01 am

  4. Dear Abang Manurung yang baik dan tidak sombong.

    Anda mungkin salah tapi Anda juga mungkin benar, pengambilan kata pembinaan dalam artikel saya tersebut memiliki arti dan makna yang luas. mungkin kata yang lebih tepat adalah hanya mencantumkan kata dibawah asuhan saja tanpa ada kata pembinaannya. Mungkin dari sudut pandang Anda yang sangat kritis dan berpendidikan hal itu salah besar.

    Saya ingin menjelaskan bahwa arti dari kata-kata yang Anda anggap ngawur dan menyesatkan tersebut yang ingin saya sampaikan ke pembaca itu sederhana saja :

    bahwa di bawah asuhan Rahmad Darmawan (selain melatih, mungkin seorang pelatih melakukan pembinaan kepada para pemainnya ya?) dalam kurun satu tahun masa kepelatihannya (Artinya pada saat Rahmad Darmawan aktif menjabat pelatih di Sriwijaya FC saja) tersebut dan ia berhasil memboyong dua piala bergengsi”

    Double Winner yang telah kami raih ini berdampak domino pada kemajuan sepakbola Sumsel khususnya. Kami tidak akan mabuk dan terlena atas euforia kemenangan tersebut. Pembinaan pemain muda yang seperti Anda maksudkan sudah ada dan sedang kami lakukan. itu memang salah satu syarat dari PSSI untuk ikut serta pada Kompetisi Liga Super yang akan bergulir bulan juli 2008 mendatang.

    Menyoal adakah pemain Asli Sumsel, squad SFC sudah memiliki pemain-pemain asli dari Sumsel. cuma kemampuan serta pengalaman mereka di kompetisi belum banyak dan butuh waktu 2 atau 3 tahun lagi menurut penilaian Pelatih SFC saat ini. Kualitas mereka belum sebanding dengan Mahyadi Pangabean atawa Markus “blunder” Horizon di PSMS (Klub yang sukses membina pemain lokal-nya tapi belum berhasil merebut satu trophipun sejak terakhir juara tahun 1985). Rahmad Darmawan tidak mau mempertaruhkan kualitas tim hanya sekedar menampilkan pemain lokal saja, ada persaingan tersendiri di dalam tim dan apablia pemain lokal dari Sumsel tampil bagus, tidak ada persoalan untuk tidak menampilkannya. Tim memiliki target dan prestasi bukan hanya sekedar partisipasi belaka di kompetisi. Bahkan di eropa ada sebuah klub yang hampir seluruh squadnya adalah pemain asing loh, Arsenal contohnya, pemain-pemainnya hampir 90% bukan berasal dari negara tempat kompetisi itu bergulir (Inggris:red). Berarti keadaan itu lebih parah dari Sriwijaya FC yang masih memiliki pemain dari negaranya sendiri “INDONESIA” walau bukan dari pemain asli dari daerah Sumatera Selatan sendiri. Berarti tujuan untuk mengembangkan sepakbola Nasional tetap berjalan. Ya Nggak bang Manurung.

    Ngemeng-ngemeng soal biaya yang mahal untuk sebuah prestasi itu wajar bung. Tapi Prestasi yang telah kami raih tersebut tercatat dalam sejarah dan menjadi suatu kebanggan yang sulit untuk dilupakan. Prestasi bung, bukan piala, benar kalo bung manurung bilang piala bisa dibeli di toko tapi prestasi tidak bisa dibeli dimanapun. Tapi memang alangkah baiknya apabila prestasi tersebut diiringi dengan pembinaan yang baik pula. Prestasi yang telah diraih Sriwjaya FC saat inilah, akan dijadikan Momentum untuk perkembangan serta pembinaan sepakbola di Sumsel dimasa yang akan datang khususnya dan sepakbola Indonesia Umumnya. Amin

    Bravoo Sriwijaya FC……

    mangoeni

    Februari 14, 2008 at 6:04 pm

  5. @ mangoeni

    Hahaha…aku benar-benar merasa tersindir. Kau hebat kawan, dengan pengendalian diri yang mantap dan emosi yang terjaga, kau tangkis komentarku yang pedas dengan argumen yang sangat berbobot; sambil secara halus menyindir aku hehehe…

    Oke, aku terima kritikmu yang begitu lembut dengan jiwa besar. Kata-kata ngawur itu memang terlalu keras untuk mengoreksi penulis yang sangat berbakat, obyektif dan penuh dedikasi sepertimu, pren. Aku minta maaf untuk itu. Lain kali aku akan memilih kata-kata yang lebih enak dan santun.

    Mengenai pembinaan, prestasi, kebanggaan, tercatat dalam sejarah dan contoh Arsenal itu; aku cuma mau kasih komentar singkat : mari kita menghargai proses, jangan instan. Seperti prinsip Kaizen-nya Jepang : small continuous improvement.

    Yang aku kuatirkan, dan ini pasti penting buatmu dan para penggila bola di Sumsel, kalau sinterklas yang mendanai Sriwjaya FC sekarang ini menghentikan dermanya; bagaimana nasib persepakbolaan Sumsel? Jangan-jangan sampai 50 tahun akan datang yang kalian lakukan cuma memandangi piala itu, serta mendaur ulang cerita basi; seperti yang terjadi di persepakbolaan Indonesia sekarang ini–selalu tentang keberhasilan menahan Rusia 0-0 di Melborne di zaman kuda makan kue apem itu hehehe…

    Salam.

    Bravo Sriwijaya FC

    PEACE

    Robert Manurung

    Februari 14, 2008 at 11:03 pm

  6. @ Robert Manurung

    Sebenarnya adanya Tim Sriwijaya FC yang diakusisi dari klub Persijatim FC Solo kisaran akhir tahun 2004 oleh Sumsel, dijadikannya acuan sebagai kebangkitan sepakbola di propinsi kami. Bukannya harus langsung ditargetkan meraih perstasi juara serta mengawinkan dua gelar sekaligus seperti sekarang ini. Kami (pengurus dan penyandang dana, bukan saya Bang ya:red) tidak menargetkan hal itu. Salah satu dari tujuan pembelian klub tersebut adalah dijadikan sebagai momentum untuk pengembangan olahraga, khususnya sepakbola di sumsel dan itu sudah mulai kami bangun sejak awal dari berdirinya SFC dengan membuat sekolah khusus sepakbola serta pencarian bakat didaerah-daerah yang ada di Sumsel. Dan itulah “PROSES” yang Abang Manurung kutip dari prinsipnya si Kaizen tersebut. Proses Inilah sedang kami lakukan saat ini.

    Tapi kebetulan, dan sangat kebetulan sekali saat ini, Sriwijaya FC memiliki sinterklas yang mau mendanai serta mendermakan hartanya. Karena itulah saat ini SFC mampu memiliki tim yang kuat dan solid yang tanpa diduga mampu dengan cepat berprestasi dan memenangkan kompetisi yang paling bergengsi di Negeri ini. Walau belum bisa memakai pemain-pemain asli dari daerahnya sendiri. Dengan Prestasi itu jugalah sinterklas (sponsor:red) yang lain, menawarkan sendiri dermanya dan mau mendanai tim ini, karena melihat “kekinclongan prestasi” SFC tahun ini. Tanpa harus bersusah payah meminta dan mengajukan proposal kepada mereka. Dan malah rencananya SFC akan dijadikan sebuah Peseroan Terbatas <– tapi masih Gosip loh :-).

    Dan semoga, “small continuous improvement” yang sedang berjalan saat ini, LAYAKKAH kita tunggu ditahun-tahun yang akan datang akan menuai hasil dan berprestasi. Saya tidak mengklaim bahwa pembinaan itu pasti berhasil atau tidak. Saya percaya takdir, siklus akan terus berjalan. Buktinya saat ini tim Sumatera mendominasi sepakbola di Indonesia dengan meloloskan dua tim asal Sumatera di Final Liga Indonesia yang selama 15 tahun belakangan ini didominasi oleh tim-tim asal Jawa, Sulawesi dan Papua. Kita lihat apakah Sumsel dapat melakukannya lagi di masa datang.

    Bravo sepakbola Indonesia, Bravo sepakbola Sumsel..!!

    Peace

    Wassalam

    mangoeni

    Februari 14, 2008 at 11:21 pm

  7. bravo sukses ya! salam kenal

    elhafidybrothers

    Juni 13, 2008 at 9:32 am

  8. ferry is the best!!!!
    my pray always with u….
    go ferry….
    muaaahhhh………..

    fricilia

    November 12, 2008 at 9:20 pm


Tinggalkan komentar